Rabu, 04 Mei 2011

kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia dari segi fonologi dan segi morfologi


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Salah satu hambatan dalam proses komunikasi adalah kurangnya keterampilan berbahasa. Wujud kurangnya keterampilan berbahasa itu antara lain disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa. Kesalahan-kesalahan berbahasa ini menyebabkan gangguan terhadap peristiwa komunikasi, kecuali dalam hal pemakaian bahasa secara khusus seperti dalam lawak, jenis iklan tertentu, serta dalam puisi. Dalam pemakaian bahasa secara khusus itu, kadang-kadang kesalahan berbahasa sengaja dibuat atau disadari oleh penutur untuk mencapa efek tertentu sepeti lucu, menarik perhatian dan mendorong berpikir lebih intens.
Dewasa ini, bahasa Indonesia seringkali digunakan tanpa memperhatikan bidang-bidang dalam linguistik yang pada dasarnya harus dipahami sehingga seringkali pembelajaran bahasa yang dimaksudkan untuk berbagai kepentingan, baik untuk pengajaran maupun sebagai alat komunikasi, dijumpai berbagai permasalahan sehingga penguasaan bahasa Indonesia  baik dari segi penguasaan lisan maupun tertulis dapat menimbulkan keberagaman bahkan kesalahpahaman makna dalam berbahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pengajaran maupun sebagai alat komunikasi tidak mudah dicapai karena dalam proses pembelajarannya pastilah dijumpai banyak permasalahan. Salah satu permasalahan itu berupa kesalahan-kesalahan berbahasa, diantaranya kesalahan dari segi fonologi dan morfologi. Apabila kesalahan-kesalahan tidak segera di identifikasi, akan mengakibatkan kendala berkelanjutan dalam proses berbahasa.
Bahasa sebagai alat komonikasi tidak diragukan lagi keampuhannya. Dibandingkan dengan media komunikasi lainnya seperti isyarat, lambang, dan sebagainya, betapa pun canggihnya, tetap bahasa itu memIliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis. Manusia sebagai makhluk pencerita (homo fabulans) senantiasa ingin menyampaikan segala sesuatu yang ada dalam benak atau perasaannya kepada orang lain melalui bahasa. Dalam proses transformasi pesan dari individu pihak komunikator kepada individu atau pihak lainnya sebagai komunikan inilah sering terjadi kesalahan, terutama dalam bahasa tulis yang merupakan rekaman dari bahasa lisan itu.
Ditinjau dari segi sampainya pesan, kesalahan berbahasa lisan kurang terasa salahnya karena dalam komunikasi ini dapat dibantu dengan mimik ( gerak air muka ) serta panto mimik, gestur ( gerak anggota tubuh ), atau isyarat lainnya, atau karena Si Pemesan itu memiliki sikap bahasa yang penting asal orang mengerti. Lain halnya dengan komunikasi tulisan, kesalahan ini akan terasa sekali, karena bahasa tulis memerlukan kelengkapan fungtuasi atau tanda baca, keakuratan diksi atau pilihan kata, ketepatan struktur baik kata ( morfologi ) maupun kalimat atau sintaksis. Kesalahan berbahasa ini akan berakibat pada gagalnya penyampaian pesan karena salah tafsir, tidak mengerti apa yang disampaikan, hamburnya ( mubazirnya ) kata atau kalimat, bahasa tidak efesien dan efektif  lagi sebagai alat komunikasi dan berpikir. Tidak menutup kemungkinan kesalahan berbahasa akan menimbulkan kesalahan fatal dari pendengar atau pembaca terhadap pemaknaan pesan dari penutur atau penulis sehingga terjadi konflik dan sebagainya. 
Mengingat adanya masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu mengenai kesalahan-kesalahan yang dihadapi, penulis berusaha untuk menganalisa permasalahan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para penutur bahasa Indonesia baik sebagai bahan pengajaran maupun sebagai alat komunikasi agar kesalahan-kesalahan itu berkurang. Orientasi analisis ini adalah dengan di identifikasinya kesalahan-kesalahan berbahasa mereka, dari segi fonologi dan morfologi.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang  di atas, permasalahan dalam analisis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.       Apa sajakah  kesalahan berbahasa Indonesia yang dijumpai dari segi fonologi?
b.      Apa sajakah  kesalahan berbahasa Indonesia yang dijumpai dari segi morfologi?

C.    Tujuan Analisis
Tujuan – tujuan analisis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Mendeskripsikan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia dari segi fonologi dan segi morfologi
2.      Menganalisa kesalahan-kesalahan berbahasa dari segi fonologi dan morfologi agar tida terjadi kesalahan lebih lanjut




D.    Manfaat analisis
Hasil analisis ini diharapkan dapat membantu penutur bahasa Indonesia baik dalam pengajaran maupun dalam berkomunikasi, tidak melakukan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia dari segi fonologi dan morfologi,  serta memberi masukan kepada para penutur agar dapat berbahasa Indonesia dengan benar.










































BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Kesalahan Berbahasa Indonesia
Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning”, H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
Pengertian kesalahan berbahasa dibahas juga oleh S. Piet Corder dalam bukunya yang berjudul Introducing Applied Linguistics. Dikemukakan oleh Corder bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan berbuat kesalahan berbahasa. Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

B.     Terjadinya Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Kekeliruan berbahasa tidak terjadi secara sistematis, bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada berbaga tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh siswa bila yang bersangkutan, lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya telah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakan, tetapi karena suatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan itu biasanya tidak lama.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara  konsisten dan sistematis. Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru, misalnya melalui remedial, latihan, praktik, dan sebagainya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajari olehnya. Bila tahap pemahaman siswa tentang sistem bahasa yang sedang dipelajari olehnya ternyata kurang, kesalahan berbahasa tentu sering terjadi. Namun, kesalahan berbahasa akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat.
Kesalahan dapat terjadi akibat kebiasaan berbahasa ( language habit ) yang salah sehingga terjadi kesalahan berbahasa ( language error ). Kebiasaan berbahasa ini terjadi secara spontan dan biasanya sukar dihilangkan kecuali lingkungan bahasanya diubah misalnya dengan menghilangkan stimulus yang membangkitkan kebiasaan itu.  Dan dapat juga terjadi karena perbedaan struktur bahasa ibu dengan bahasa yang digunakannya dalam pergaulan atau komunikasi resmi. Misalnya dengan adanya perbedaan antara bahasa ibu Sunda atau Jawa dengan bahasa Indonesia, maka akan terjadi interferensi dari bahasa kesatu ke bahasa kedua. Kesalahan karena kasus dwibahasawan ini misalnya kata gaji oleh orang Sunda diucapkan gajih , kata akan  oleh orang dari suku Jawa diucapkan jadi  aken  dan sebagainya yang menyangkut kesalahan pada tingkat fonologi, “ Sebulan sekali pada hari Minggu, di kampung saya selalu mengadakan kerja bakti “ Seharusnya bentukan ( morf dalam morfologi ) yang dipakai adalah diadakan karena memakai kata depan di.




C.    Kesalahan Berbahasa Beserta Analisisnya
a.      Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Fonologi
Fonologi dalam bahasa adalah salah satu bidang dalam linguistik yang menyelidiki tentang bunyi-bunyi dalam bahasa menurut fungsinya. Kesalahan berbahasa dari segi fonologi adalah kesalahan berbahasa yang diperoleh dari kesalahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh dari alat ucap manusia, serta kesalahan yang diperoleh dari karena perbedaan penangkapan makna.
Kesalahan berbahasa yang dihasilkan karena kesalahan pengucapan manusia, jika dilihat dari ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa dapat dibadakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu vokal dan konsonan. Vokal adalah pada pembentukan vokal bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu.
1.      Pada vokal
Kesalahan pengucapan pada vokal biasanya terdapat pada perbedaan cara pengucapan oleh penutur bahasa antar daerah (logat/dialek) yang sudah menjadi kebiasaan dengan cirri khasnya masing-masing, baik dari tekanan, intonasi, serta panjang pendeknya bunyi yang membangun aksen yang berbeda-beda.
Pada vokal e, terkadang disebut dengan è atau é.
Contohnya, kata “pilek”. Orang yang berkebudayaan Jawa akan mengatakan kata “pilek” sama halnya dengan bahasa Indonesia pada umumnya, namun terkadang terdapat kebudayaan yang dialek/logatnya justru berbeda, seperti Sumatra, Flores, dan daerah luar jawa lainnya.

2.      Pada konsonan
Kesalahan pengucapan pada konsonan sesuai dengan aslinya, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yakni : (1). Keadaan pita suara, (2). Daerah artikulasi, dan (3). Cara artikulasi.
a.       Keadaan Pita Suara
Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
b.      Daerah Artikulasi
      Artikulasi atau pembentukan vokal, dimana udara yang berasal dari pernafasan melalui pita suara dan kaviti-kaviti yang ada dibentuk menjadi suara yang dipakai untuk berbicara dibantu oleh organ-organ bicara seperti bibir, lidah gigi dan sebagainya.
Artikulasi Vowel (Huruf Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah diucapkan dengan saluran suara yang terbuka (open vocal tract). Secara umum dapat dijelaskan dari posisi lidah, bibir dan pharynx.
Artikulasi Konsonan (Huruf Mati). Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.

c.       Cara artikulasi
Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/t; orrission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apic, distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan).
      Pada kasus ini, seseorang yang mengalami kesulitan artikulasi sehingga dikatakan melakukan kesalahan dalam berbahasa, biasanya diberi sebutan “celat”.

b.      Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Morfologi
Kesalahan berbahasa dari segi morfologi adalah kesalahan berbahasa yang terletak pada ketidaktepatan pada bentuk-bentuk kata.
Pada analisis ini ada beberapa segi kesalahan dan memerlukan ralat/pembenaran, diantaranya :
a.       Kesalahan Pada Diksi (pemilihan kata)
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena  arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata  maka akan terjadi pergeseran  arti/ makna kalimat, tidak sebagaimana diinginkan oleh penulisnya.  Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Kesalahan yang lakukan pada pemilihan kata meliputi (1) penggunaan kata yang benar-benar tidak tepat  untuk suatu konteks kalimat tertentu (2) penggunaan kata yang tidak lazim dalam konteks masyrakat Indonesia (3) pengunaan sinonim kata yang tidak tidak benar-benar tepat sebagaimana dituntut konteks kalimat tertentu (4) kerancuan dalam penggunaan kata-kata yang mirip, seperti penggunaan ada dan adalah , mudah dan murah, dsb. (5) penggunaan kata-kata yang merupakan hasil terjemahan secara harafiah dan (6) kesalahan penggunaan kata  terjemahan  yang bersinonim, seperti kata to leave yang terjemahan bahasa Indonesianya meninggalkan  dan berangkat. Pasangan kata seperti inilah yang sering dikacaukan dalam penggunaannya.
Beberapa kata yang  kesalahan pemakaiannya cukup sering adalah kata ada   yang dikacaukan dengan kata  adalah; penggunaan pronomina kita  dengan  kami (yang dalam bahasa Inggris ‘us’); kata  berangkat dengan kata meninggalkan; kata cara dengan kata secara;  kata tidak  dengan kata  bukan; kata ada  dengan kata mempunyi. Beberapa contoh kesalahan pembelajar dalam memilih kata di paparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan pemilihan kata:
a)      Situasi ini pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
b)      Saya berbicara dengan sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
c)      Adalah banyak penjual dan pembeli dalam pasar.
d)     Kami berangkat SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e)      Jam empat kami berangkat Hotel Radisson pergi ke Prambanan Temple.
f)       Setelah itu bis mengambilkan kami ke tempat yang ramai.
g)      Di Inggris masalah-masalah dengan disiplin sedang lebih jelek, misalnya kemangkiran dari sekolah, kedatangan yang terlambat dan kekerasan.
h)      Menurut tradisi, orang Batak adalah petani nasi tetapi pada waktu sekarang ekonomi Batak sangat beruntung pada karet dan kopi. A

Alternatif pembenarannya:
a)      Situasi ini membingungkan anak-anak dan  sangat mempengaruhi mereka.
b)      Saya berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama enam tahun.
c)      Ada banyak penjual dan pembeli di dalam pasar itu.
d)     Kami meningglkan SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e)      Pada jam empat, kami berangkat dari  Hotel Radisson dan  pergi ke Candi Prambanan.
f)       Setelah itu, sopir bis mengantar kami ke tempat yang ramai.
g)      Di Inggris, masalah disiplin  lebih jelek, misalnya ketidakhadiran ke sekolah,  keterlambatan masuk sekolah  dan  kekerasan.
h)      Menurut tradisi, orang Batak adalah petani padi, tetapi  sekarang ekonomi masyarakat Batak lebih baik dengan perkebunan karet dan kopi. 

b.      Kesalahan Penggunaan Afiks
Kesalahan penggunaan afiks me-, yang dapat dikacaukan dengan penggunaan afiks di- . Hal ini juga berkaitan dengan bentuk aktif dan pasif yang akan diuraikan tersendiri. Kesalahan lain yang intensitasnya juga cukup sering dilakukan adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber-. Afiks me- yang dikacaukan dengan penggunaan verba bentuk dasar dan verba bentuk dasar + -i. Kesalahan lain yang intensitas terjadinya relatif sering adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan dengan afiks me-....-kan, afiks me-....-kan yang dikacaukan penggunaannya dengan afiks ber-, dan penggunaan verba bentuk dasar yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber-.
Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan afiks:
a)      Saya nikmat perjalan di Indonesia.
b)      Kalau orang tua perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
c)      Ketika saya membaca tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
d)     Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya tahu bagaimana batik membuat menggunakan dua cara, batik cap dan batik tulis tangan.
e)      Di Inggris guru-guru harus beruniversitas untuk tiga tahun kemudian mereka harus pergi ke mengajar TCC (teacher training college) untuk satu tahun.
f)       Lebih dari itu, Soeharto memperlihatkan menarik di Agama Islam.
g)      Untuk menulis presentasi ini, saya dibicara dengan tiga orang.
h)      Mungkin mayoritas orang Indonesia merasa kecemburuan kepada orang asing.
i)        Dia menyuruh Kunto menyanyakan polisi.
j)        Dalam karangan ini saya akan membicara tentang perbedaan keluarga di Yogyakarta atau Jaaawa dan di Inggris.
Alternatif pembenarannya:
a)      Saya menikmati perjalanan  di Indonesia.
b)Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
c)      Ketika saya membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.
d)     Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya mengetahui cara membuat  batik yang menghasilkan dua jenis batik,  batik cap dan batik tulis tangan.
e)      Di Inggris, guru-guru harus belajar di universitas selama tiga tahun kemudian mereka harus belajar di  TCC (Teacher Training College) selama satu tahun.
f)       Lebih dari itu, Soeharto memperlihatkan ketertarikannya pada Agama Islam.
g)Untuk menulis presentasi ini, saya berbicara dengan tiga orang.
h)Mayoritas orang Indonesia merasa cemburu kepada orang asing.
i)        Dia menyuruh Kunto bertanya kepada polisi.
j)        Dalam karangan ini, saya akan membicarakan perbedaan keluarga di Yogyakarta atau Jawa dengan keluarga di Inggris

c.       Kesalahan Urutan Kata
Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk tataran yang lebih tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya, sesuatu yang diterangkan berada di depan yang menerangkan. Namun demikian, sering terjadi kesalahan dalam urutan ini. Dari hasil analisis data penelitian ini, ada 74 kesalahan dalam hal urutan kata. Para pembelajar melakukan pembalikan atas urutan kata sebagaimana terlihat dalam beberapa contoh di bawah ini.
Contoh kesalahan dalam urutan kata:
(1)    Hari ini, menarik hari.
(2)    Keluarga adalah sosial  kesatuan yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)    Bernama ini ‘Ngelangkahi’.
(4)      Kadang-kadang orang yang datang baru menjadi terkejut, mereka harap memenuhi mimpi mereka.
(5)      Jamu saset belum komplit harus dicampur dengan lain bahan-bahan seperti beras kencur, anggur merah, madu, dll.
(6)      Pada tanggal 16 September setulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa musik pendidikan memerlukan sebagai dasar baik sekali untuk humaniora.
(7)    Bentuk kedua di polusi datang dari industri.
(8)      Mayoritas orang-orang saya dengan berbicara adalah sopir taksi dan juga tetangga saya di desa saya.
(9)      Terbang itu dipasang oleh British Aerospace pegawai dari onderdil dari Indonesia.
(10)    Dia diajarkan SMA curikulum yang sama-sama di semua sekolah.

Alternatif pembenarannya:
(1)    Hari ini adalah hari yang menarik.
(2)    Keluarga adalah  kesatuan sosial  yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)    Ini bernama ‘Ngelangkahi’.
(4)      Kadang-kadang, orang yang baru datang menjadi terkejut karena mereka berharap mimpi mereka terpenuhi.
(5)      Jamu saset yang belum komplit harus dicampur dengan bahan-bahan lain seperti beras kencur, anggur merah, madu, dll.
(6)      Pada tanggal 16 September, sebuah tulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa pendidikan musik  diperlukan sebagai dasar yang  baik untuk pendidikan humaniora.
(7)    Kedua bentuk polusi ini berasal dari industri.
(8)      Mayoritas orang-orang yang berbicara dengan saya adalah sopir taksi dan juga tetangga saya di desa.
(9)      Pesawat terbang itu dirakit oleh pegawai British Aerospace dengan onderdil dari Indonesia.
(10)    Dia mengajar sesuai dengan Kurikulum SMA yang sama di setiap sekolah.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
     Kesalahan berbahasa terjadi karena :
1.      belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan
2.      faktor kompetensi, artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara  konsisten dan sistematis
3.      akibat kebiasaan berbahasa ( language habit ) yang salah sehingga terjadi kesalahan berbahasa ( language error)
4.      karena perbedaan struktur bahasa ibu dengan bahasa yang digunakannya dalam pergaulan atau komunikasi resmi (kesalahan dwibahasawan)
Analisis kesalahan berbahasa dapat dipandang dari segi fonologi dan morfologi, dimana kesalahan tersebut harus segera diadakan ralat/pembenaran agar kesalahan yang terjadi dalam berbahasa tidak semakin fatal.

B.     Saran
Agar kesalahan berbahasa tidak semakin fatal, maka ketika kesalahan tersebut telah terjadi dan diketahui, hendaknya segera dilakukan alternatif pembenaran/ralat dan dianalisis dimana letak kesalahan yang terjadi sehingga dapat berbahasa dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dalam bahasa Indonesia.



Selasa, 03 Mei 2011

PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES DALAM PENGAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 2 MOJOTENGAH KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG




Oleh
Surya Eka Setiawan












BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Hasil observasi di SD Negeri 2 Mojotengah dalam pembelajaran IPA di kelas V ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kurang baik. Hal ini terlihat pada nilai harian dimana dalam 25 siswa terdapat 9 siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Dalam SD Negeri 2 Mojotengah kecamatan Kedu kabupaten Temanggung, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 6.0, sementara itu terdapat 16 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM, sehingga mengakibatkan rata-rata kelas 55.92 (rendah). Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kurangnya ketrampilan belajar siswa terhadap pelajaran IPA, sehingga perlu ditunjang adanya ketrampilan belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA ini.
Hal ini terlihat dalam kondisi siswa saat proses belajar mengajar sebelum diadakan tindakan, siswa tidak mendapatkan nilai yang memuaskan saat mengikuti ulangan harian disebabkan oleh guru yang tidak menggunakan pendekatan ketrampilan proses kepada siswa saat berlangsungnya pembelajaran.
1.2    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan  dengan kurangnya pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA, penyebabnya adalah sebagai berikut:
1.    Model pembelajaran yang diberikan oleh guru masih tradisional karena tidak memberikan pengalaman langsung kepada siswa, karena guru di dalam proses pembelajaran di kelas didominasi oleh kegiatan belajar yang hanya mengarahkan siswa untuk menghafal informasi saja, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi.
2.    Siswa pasif dalam pembelajaran, hal ini dapat dilihat bahwa siswa hanya diarahkan untuk menghafal informasi saja dan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa melibatkan langsung siswa dalam pembelajaran.
3.    Penjelasan guru masih abstrak sehingga siswa kurang dapat memahami konsep tentang pesawat sederhana, guru hanya menjelaskan tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman langsung atau melihat sesuatu yang nyata (konkrit), sehingga siswa akan lebih memahami karena tahapan siswa SD adalah operasional konkrit (Jean Piaget) yaitu kemampuan berpikir logis, mereka dapat berpikir secara sistimatis untuk mencapai pemecahan masalah.
1.3    Rumusan Masalah
 “Apakah penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Mojotengah khususnya mata pelajaran IPA? ”.
1.4     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan penelitian yakni untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Mojotengah mata pelajaran IPA.
1.5     Manfaat Penelitian
1.5.1  Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitian lebih lanjut.
1.5.2        Manfaat Praktis
1.        Bagi Guru
a.         Meningkatkan kreativitas guru untuk menciptakan pembelajaran yang menarik.
b.         Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru sekolah dasar untuk memperoleh model pembelajaran yang tepat dalam mata pelajaran IPA.
2.        Bagi Sekolah
a.         Memberikan nilai lebih bagi sekolah di mata masyarakat berkat adanya peningkatan kreatifitas (kinerja) guru sehingga menambah kepercayaan dan dukungan masyarakat kepada sekolah.
b.         Dapat digunakan sebagai acuan bagi warga sekolah dalam meningkatkan   dalam mata pelajaran IPA di kelas V SDN 2 Mojotengah Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung.
3.        Bagi Siswa
Dapat digunakan sebagai metode dalam meningkatkan hasil belajar.